CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 04 Desember 2010

Hiduplah Dengan Mataku

“Aku ingin banget lihat indahnya dunia ini, dan melihat wajah seorang malaikat yang selalu menemani aku!” ucap Nayla dengan penuh harapan.
“Malikat…..?” tanya Aryo bingung,
“Iya malaikat, kamu itu seperti seorang malikat Ar, yang selalu menemani dan menjaga ku”
“Kamu bisa aja Nay…."
"Ar, kenapa sih kamu mau menemani aku ?”
“Karena aku sayang banget sama kamu dan aku ga mau terjadi apa-apa sama kamu” ucap Aryo tulus sambil memegang telapak tangan kiri Nayla
“Sayang,,,,! Kamu sayang sama aku, bukannya kamu hanya kasihan dengan seorang gadis buta seperti aku ?”
“Kenapa kamu bicara seperti itu, jadi kamu meragukan perasaan ku ?”
“Bukannya aku meragukan Ar, mana ada sih seseorang yang ingin punya kekasih tunanetra? Itu hanya dapat membuat ………..”
Belum selesai bicara Nayla memutuskan kata-katanya
"Membuat apa ?”tanya Aryo.
Nayla hanya terdiam sejenak,
“Aku menyayangi kamu dengan tulus Nay, bukan karena aku kasihan dengan kamu, jadi buanglah keraguan kamu itu. Aku ingin menjadi kekasih yang selalu menjaga dan menemani kamu”
“Maafin aku Ar, aku ga bisa menjadi kekasih kamu, kamu lebih pantas dengan wanita normal bukan seperti aku”
“Kenapa kamu bicara seperti itu Nayla ? Aku ingin kamu bicara jujur bagaimana perasaan kamu selama ini sama aku ?”
“Udahlah Ar, ga ada sedikitpun perasaan aku untuk kamu, aku selama ini hanya mengganggap kamu sebagai teman !”
" Kamu bohong kan Nay? kamu bohong………..!!!” Teriak Aryo dengan sedih dan ia segera berlari pergi dari hadapan Nayla dengan membawa kehancuran di hatinya. Nayla hanya terdiam dan merenung atas semua apa yang telah dikatakannya pada Aryo. Dalam hatinya Nayla berkata 'maafin aku Ar, aku telah membohongi perasaan aku sebenarnya aku sayang sama kamu tapi aku tidak ingin menyusahkan kamu. Semoga kamu mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku'
Ternyata Nayla juga memendam perasaan yang sama dengan Aryo, tetapi terpaksa ia mengorbankan cintanya hanya karena ketidaksempurnaan dirinya, namun apa yang di lakukannya itu justru membuat dua hati menjadi hancur.
*****

Dalam gelapnya malam yang di terangi sinar bulan dan bertabur bintang terlihat Aryo yang sedang duduk di teras depan rumah bibinya. Melihat Aryo sendirian Sinta segera menghampirinya. Sinta adalah sepupu Aryo yang umurnya dibawah dia satu tahun.
“Hei…. Sendirian aja mas, boleh gak gue nemenin ?”
“Nemenin tidur !!” canda Aryo
“Sialan lo….!! Nemenin duduklah”
“Duduk tinggal duduk pake basa basi segala Sin” tanpa komentar lagi Sinta lekas duduk di samping Aryo.
“Eh… gimana tuh kabarnya Nayla ?” tanya Sinta
“Ga tau !!!” ucap Aryo singkat
“Bukannya mas buntutnya dia? Dimana ada dia pasti di situ ada mas!!”
“Udah lah, ngapain sih bicarain dia”
“Kelihatannya mas lagi kesel banget nih sama ka Nayla”
“Iya!!!!”
“Santai ajalah bicaranya, emang mas kesel kenapa ?”
“Mau tau aja kamu, Sin!”
“Yeh di tanyanya………”
“Sin, kamu tau ga Nayla tuh pengen banget bisa melihat”
“Nih ya mas Aryo, semua orang buta juga pengen bisa melihat dan pasti keluarganya tuh dari dulu udah berusaha untuk mencari pendonor untuk ka Nayla, tapi pasti susah untuk mencari pendonor mata yang pas dengannya”
“Hmm, pasti ada seseorang yang mau memberikan matanya buat Nayla"
“Siapa orangnya…..?” tanya Sinta dan dia udah tau kemana arah pembicaraan mas-nya itu.
“Gue orangnya…..!!!”
“Mas ga lagi bercanda kan….?”
“Serius, mas pengen Nayla bisa melihat. Dari lahir sampai sekarang yang dia lihat hanyalah kegelapan”
Mendengar kata-kata Aryo, Sinta hanya tersenyum tipis…
“Mas tuh harus berpikir panjang, jangan seenaknya aja ngambil keputusan seperti itu, secara mas Aryo itu seorang penulis, kalau saja mas ga bisa melihat gimana mau kerja dan mas ga akan bisa kemana-mana tanpa ada seseorang yang menemani” ucap Sinta yang meyakinkan keputusaannya Aryo.
“Mas ga peduli Sin, mas sayang sama dia dan mas akan ngelakuin apa saja untuknya, lagi pula mas udah puas melihat dunia dan kehidupan ini, sekarang saatnya dia merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan”
“Mas udah bener-bener kena virus cinta, asal mas tau cinta yang seperti ini hanya memberi penderitaan buat orang yang jatuh cinta itu….”
Walaupun Sinta telah memperingatkan Aryo untuk tidak berbuat senekat itu, namun tampaknya Aryo tetap kekeh dengan keputusaanya dan tak mempedulikan saran sepupunya itu.
*****

Setelah berpikir matang-matang, Aryo memutuskan untuk mendonorkan kedua bola matanya untuk Nayla. Keesokan paginya ia bergegas pergi kerumah sakit untuk berkonsultasi pada dokter mata, setelah melakukan pembicaran dan persetujuan dengan dokter dan keluarga Nayla akhirnya mereka sepakat untuk Aryo mendonorkan matanya dengan syarat Nayla tidak boleh mengetahui hal ini.
Setelah mendapat kabar dari orang tuanya akan ada seseorang yang akan mendonorkan matanya untuknya, Nayla merasa bahagia sekali atas kabar itu. Ternyata apa yang di impikannya terwujud, tanpa ragu ia menelpon seseorang yang tak lain adalah Aryo.
Lagu Queen membuat Aryo untuk melihat hp jadul nya itu. Dan tak disangka Nayla yang menelponnya. Segera ia angkat.
Nayla : Halooo Aryo
Aryo : Iya Nay, ada apa ?
Nayla : Ar, kamu tau gak, aku tuh hari ini bahagia banget :)
Aryo : Bahagia kenapa,,,,?
Nayla : Ada seseorang yang mendonorkan matanya untuk aku
Aryo : Lalu? tanya Aryo yang sengaja seperti orang yang tidak tahu apa-apa
Nayla : Itu artinya aku akan bisa melihat. Dan jika aku bisa melihat orang yang pertama aku lihat adalah kamu, lalu pendonor itu, keluargaku, dan semuanya
Aryo : Hehe selamat ya Nay :)
Nayla : Ko kamu malah tertawa sih,,?
Aryo : Yah aku bahagia aja, karena sebentar lagi aku akan mempunyai pacar yang dapat melihat
Nayla : Aku maksud kamu?
Aryo : Iyalah, siapa lagi?
Nayla : Ih…. Pede banget kamu, oh iya aku mau nanti sore kita ketempat biasa, aku mau menghirup udara sejuk itu yang terakhir, dan untuk selanjutnya aku akan melihatnya tempat itu untuk yang pertama kalinya
Aryo : Iya-iya nanti sore aku akan jemput kamu
Nayla : Yaudah aku tunggu nanti sore, makasih ya Aryooo,,

Setelah melakukan pembicaraan dengan Nayla melalui telpon Aryo meneruskan pembicaraanya dengan dokter dan orang tua Nayla.
“Jadi kapan operasinya akan di lakukan dok ?” Tanya Aryo pada dokter spesialis mata itu,
“Sebelum operasi di lakukan sebaiknya anda di periksa terlebih dahulu, apakah kornea mata anda cocok dengan kornea mata Nayla” dokter itu menjelaskan
“Kalau begitu bisa kita mulai pemeriksaannya sekarang” Sambung dokter itu
“Yasudah dok….” jawab Aryo menyetujuinya, sesaat Aryo dan beberapa dokter mata memasuki ruang pemariksaan. Aryo di periksa mulai dari golongan darah sampai kesehatannya apakah cocok untuk menjadi pendonor. Setelah melalui proses pemeriksaan yang menghabiskan waktu sekitar satu jam akhirnya dokter memutuskan Aryo cocok untuk mendonorkan matanya, proses operasi akan di lakukan esok hari tingal menunggu kesiapan mental Aryo dan Nayla saja untuk melakukan operasi.
*****

Setelah aktivitas yang melelahkan itu Aryo tak lupa dengan janjinya pada Nayla seraya akan menemuinya di puncak pinggir perkebunan teh. Ia berjalan seorang diri menuju tepi puncak itu sesampainya terlihat Nayla yang sedang duduk sendiri menunggu kedatangan Aryo.
“Nayla dengan siapa kamu kemari ?” tanya Aryo yang terheran melihat Nayla sudah berada di situ seorang diri
“Bibi yang mengantarkan aku kesini, dan sekarang ia sudah kembali”
“Oh….” tanpa bicara panjang lebar ia segera duduk disamping kanan Nayla.
“Ar, aku sudah gak sabar nih ingin melihat !!” Aryo hanya tersenyum mendengar harapan Nayla.
“Sungguh baik sekali orang yang mendonorkan matanya itu, padahal kata bunda pendonor itu masih hidup, Ar”
“Kamu harus bersyukur Nay, karna masih ada orang yang seperti itu”
“Oh iya Ar, apakah masih ada sedikit saja rasa sayang kamu untuk aku ?”
"Maksud kamu Nay?” Aryo kaget mendengar ucapan Nayla yang tidak pernah selama ini ia terucap dari bibirnya.
“Iya,, maksud aku apa kamu masih menyimpan perasaan sama aku ?”
“Perasaan aku ke kamu, ga secepat itu hilang, jadi aku masih menyimpan harapan sama kamu, kenapa kamu bertanya seperti itu Nay ?” tanya Aryo terheran.
“Karena sebenarnya aku juga memendam perasaan yang sama dengan kamu, hanya karena ketidak sempurnaan ku, aku merasa tidak pantas mendampingimu”
“Nay, cinta itu buta, cinta itu menerima apa adanya jadi aku ga peduli apapun yang terjadi sama kamu, dengan tulus aku menerima kekurangan kamu”
“Aku ga mau Ar, kalau kamu harus menderita hanya karena mempunyai kekasih yang tidak sempurna” Aryo hanya terdiam mendengar ucapan Nay.
“Ar, kalau nanti aku dapat melihat, aku mau mencintai kamu dengan tulus”
“Sungguh apa yang kamu katakan itu Nay?”
“Iya Ar, karena selama ini orang yang dapat memberikan aku kenyamanan hanya kamu” Aryo sangat bahagia mendengar ucapan Nayla yang secara tiba-tiba itu.
“Ar, pasti tempat ini indah sekali aku tidak sabar ingin melihatnya”
“Benar Nay, tempat ini begitu indah” Mereka sejenak terdiam Aryo mulai mendekap erat tubuh Nayla dengan kasih sayang yang begitu dalam.
*****

Keesokan paginya Aryo terbangun dari tidurnya yang lelap, hari ini adalah hari terakhir ia melihat dunia, ia mulai mencuci wajahnya dan pergi keluar halaman rumah memandang alam yang begitu asri dan udara yang sangat sejuk ia berpikir mungkin Nayla akan bahagia jika ia dapat melihat ini semua, tanpa pikir panjang ia segera mempersiapkan diri untuk melaksanakan pencangkokan mata untuk Nayla, sesaat ia ingin pergi didepan teras ia bertemu dengan Sinta (sepupu Aryo)
”Mau kemana mas?” tanya Sinta curiga
”Hari ini aku dan Nayla akan melakukan pencangkokan mata” jawab Aryo ragu.
”Apa mas yakin dengan semua itu, apa mas sudah berpikir matang- matang, ini bukan perkara sepele. Kalau mas tidak yakin sebaiknya jangan dari pada nanti kamu akan menyesal” ucap Sinta yang seakan tidak ingin sepupu satu-satunya ini melakukan hal ini.
”Mas yakin Sin, mas sudah memikirkan semuanya. Sudah cukup puas mas melihat pahit dan manisnya kehidupan ini, namun sedikitpun Nayla tidak pernah melihat indahnya dunia ini, jadi mas akan memberikan kebahagiaan untuknya biarlah semua ini terjadi aku ikhlas memberikan kedua mata-ku ini”
Mendengar penjelasan Aryo, Sinta tidak dapat berbuat apa-apa ia hanya terdiam dengan matanya berkaca-kaca, begitu besarnya rasa sayang Aryo terhadap Nayla.
”Sin, mas berangkat dulu ya ?” pamit Aryo padanya, Aryo mulai pergi dari hadapan Sinta dan ia lekas pergi kerumah sakit sendiri dengan menggunakan sepeda motor (pinjaman tetangganya) Sesampainya dirumah sakit terlihat Nayla dan keluarganya sedang menunggu kedatangan Aryo, namun Nayla masih tidak mengetahui bahwa seseorang yang mendonorkan matanya adalah Aryo. Aryo lekas menemui dokter sepesialis mata yang akan menanganinya.
”Bagaimana dok, apa operasinya sudah dapat dilakukan ?” tanya Aryo pada salah satu dokter itu.
”Kalau anda sudah siap operasinya akan segera dilaksanakan” jawab dokter itu seakan meyakinkan Aryo.
”Saya sudah siap dok,,,,!” balas Aryo singkat.
Aryo sudah siap dan Nayla pun begitu mereka segera masuk keruang operasi untuk melakukan transfusi mata, operasi itu memakan waktu yang cukup lama dengan dibantu beberapa spesialis dokter mata operasi itu berjalan dengan lancar namun Aryo dan Nayla belum sadarkan diri, seluruh keluarga Nayla khawatir dengan keadaan Nayla dan Aryo apakah mereka akan baik-baik saja, waktu terus mengalir bagaikan air gelap pun sudah menyelimuti langit seluruh keluarga telah lelah menanti kesadaran Nayla dan Aryo mereka meninggalkan rumah sakit dan kembali kerumah masing-masing.
Malam semakin dingin, disisi lain Sinta tidak henti-hentinya memikirkan keadaan mas-nya. Ia berpikir mengapa Aryo begitu mau mendonorkan matanya hanya untuk seorang wanita yang sangat dicintainya. Senja mulai tiba perlahan Aryo mulai sadar dari biusan obat yang membuatnya tak sadarkan diri, ia merasakan kegelapan disekelilingnya ia mulai menyadari dirinya sudah tak dapat melihat lagi namun ia tidak merasa sedih dengan keadaannya. Ia terdiam sejenak berpikir bagaimana keadaan Nayla, mengapa disaat keadaannya yang begitu buruk ia masih bisa memikirkan orang lain.

Sesaat salah seorang perawat datang keruang itu untuk memeriksa Aryo, suster itu mendekat ke tubuh Aryo dan memberikan suntikan yang ditancapkan dipergelangan tangan kanan Aryo.
”Suster,,,,,” sapa Aryo.
”Ada apa mas ?” jawabnya suster itu dengan ramah.
”Kapan saya bisa keluar dari rumah sakit ini, sus ?”
”Kalau keadaan mas sudah membaik mungkin mas sudah dapat keluar”
”Lalu bagaimana dengan keadaan Nayla, sus ?”
”Hingga saat ini nona Nayla masih belum sadarkan diri, mungkin dosis obat bius untuknya cukup banyak, tapi anda tidak usah hawatir ia baik-baik saja”
Mendengar kata-kata suster itu Aryo merasa begitu tenang.
*****

Saat-saat yang sudah dinantikan akan tiba. Tak lama lagi perban yang menutupi mata Nayla akan dilepas ia sudah tak sabar lagi ingin melihat semuanya, namun Aryoi begitu khawatir apa reaksi Nayla jika melihat keadaanya. Saat dokter mulai melepas perban yang menutupi mata Nayla, Aryo tak menampakan dirinya dihadapan Nayla. Perlahan Nayla membuka kedua matanya terlihat dihadapanya beberapa dokter dan keluarganya ia begitu bahagia melihat ini semua ia bersyukur kepada tuhan dan memeluk kedua orang tuanya ia bertanya-tanya siapa seseorang yang telah baik mendonorkan matanya namun seluruh anggota keluarga termasuk dokter dan temannya masih merahasiakan identitas orang itu dari Nayla, Nayla pun bertanya dimana Aryo dan kenapa ia tidak ada ditempat ini. Sinta yang kebetulan berada disana menunjukan keberadaan Aryo.
Sekarang Sinta mengajak Nayla ketempat biasa dimana mereka saling bertemu, setelah melalui jalan yang begitu melelahkan akhirnya mereka sampai ditempat itu, terlihat Aryo yang sedang duduk terpaku disaung atas puncak perkebunan teh begitu bahagianya Nayla melihat semua ini, ini adalah pertama kalinya ia melihat Aryo dan tempat yang begitu indah yang sangat didambakannya selama ini, Nayla mulai mendekat kearah Aryo, menyadari kedatangan Nay, Aryo mulai terbangun dari tempat duduknya dan menyapa Nayla, tanpa disadari bahwa Aryo buta Nayla lekas memeluk erat-erat tubuh Aryo.
”Benarkah kamu Aryo ?” tanya Nayla terheran.
”Iya Nayla, inilah aku. Aku bahagia kamu bisa melihat aku”
Nayla hanya tersenyum tipis, mereka pun mulai duduk bersebelahan ketika Nayla menulis sesuatu disecarik kertas yang bertuliskan I Love You dan Aryo disuruh membacanya begitu panik dengan apa yang dilakukan Nayla dan ia tidak dapat membacanya, Nayla bertanya tanya mengapa Aryo hanya terdiam dan Nayla mulai curiga ia melambaikan tangannya kedepan wajah Aryo namun Aryo masih tetap diam tanpa reflek apapun, akhirnya Nayla mulai menyadari dengan keadaan Aryo. Ia begitu kaget ternyata selama ini orang yang selalu menemaninya dan menjaganya ternyata tidak dapat melihat.
"Aryo ternyata kamu buta….. ga mungkin ini ga mungkin Ar”
”Beginilah aku Nay, apa dengan keadaan aku seperti ini kamu masih tetap dengan janji mu?”
”Maafin aku Ar, aku ga bisa nepatin janji ku selama ini aku berharap seseorang yang akan mendampingiku sempurna bisa menjaga ku seutuhnya, dengan keadaan mu seperi ini sepertinya aku ga bisa” ternyata Nayla masih belum bisa menerima kenyataan ini tanpa sepatah katapun ia berlari meninggalkan Aryo.
Menyadari kepergian Nayla, Aryo hanya terdiam menahan air mata yang mengalir dipipinya, ternyata begitulah cintanya Nayla tidak tulus. Sinta yang masih tetap berdiri menunggu Aryo tidak percaya begitu teganya wanita yang begitu dicintai sepupunya itu melakukan semua ini, dengan rasa kasihan Sinta mendekat kearah Aryoi dan berkata ”Sudahlah mas, ini semua takdir inilah jalan cinta yang ditempuh. Sekarang mas sadarkan bagaimana Nayla saat kamu terpuruk olehnya ia meninggalkanmu sendiri, kadang cinta tidak semanis yang kita bayangkan”
Aryo masih tetap terdiam menahan perihnya sakit dihati. Selang waktu berganti Nayla tak sedikitpun menemui Aryo, ketika Nayla sedang duduk sendiri memandang keindahan suasana puncak dimana ia dulu menghirup udara sejuk dari tempat itu ia menemui sebuah buku diary dibalik tikar saung, dibukanya diary itu dan di bacanya ternyata diary itu milik Aryo.
Di lembar pertama tertulis 8 Agustus 2009
Diary aku kangen banget sama Nay, tapi aku ga mungkin menemuinya karna sekarang sudah larut malam. Aku mau menelponnyaa karena Nayla selalu menyuruh aku mengucapkan kata-kata good nite untuknya.

10 Agustus 2009
Hari ini Nayla menghinaku karna jaket yang aku pakai beli dengan harga yang sangat murah, aku sakit banget, aku memang bukan orang kaya aku tidak sebanding dengannya aku hanya seorang penulis yang selalu bermimpi yang tak pernah mempunyai penghasilan lebih,

12 Agustus 2009
Malam ini malam minggu Nayla memintaku datang kerumahnya untuk menemaninya jarak rumahnya begitu jauh dan aku ga punya kendaraan. Ingin pinjam motor teman dipakai semua jadi aku terpaksa pakai sepeda tetangga ku walaupun sangat lelah aku mengayuh pedal sepeda itu hingga setelah pulang dari rumahnya kaki ku terasa begitu sakit.

13 Agustus 2009
Tanggal 17 nanti Nayla ulang tahun aku ingin memberikan kado untunya tapi uangku tidak cukup, tadi temanku menawarkanku meminjamkan uangnya kepada ku untuk beli kado tapi aku tidak mau menerimanya, aku tidak ingin memberikan hadiah untuk orang yang aku sayang dengan bantuan orang lain dan akhirnya ia menawariku untuk mengetikan tugas kampusnya dengan bayaran yang tidak begitu besar tapi cukup untuk membeli sebuah hadiah untuk Nayla.

14 Agustus 2009
Nayla ingin sekali dapat melihat, sejak lahir hingga dewasa ia hanya dapat melihat kegelapan aku ingin sekali Nayla bahagia, kebahagiaannya adalah dapat melihat dunia dan kehidupan ini keluarganya sudah berusaha mencari pendonor mata untuk Nayla namun belum juga mendapatkannya. Setelah ku pikirkan aku akan mendonorkan mataku untuk Nayla. Tadi juga aku mengungkapkan isi hatiku dengannya namun ia menolaku ia ingin menjadi kekasihku jika ia bisa melihat, dan aku memutuskan mendonorkan mataku untuknya agar cintaku dapat terbalaskan.

15 Agustus 2009
Hari ini aku dan Nayla akan melakukan operasi pencangkokan mata, aku berharap operasi ini berjalan lancar dan syanta dapat menemukan kebahagiaannya…

Setelah enam hari terakhir Aryo menulis diary untuk hari ketujuh ia tidak dapat menulis diary lagi karena ia sudah tak dapat melihat, namun ia tak henti menulis diary ia menyuruh Sinta menulisnya dengan cara di dikte. Inilah diary terakhirnya

16 Agustus 2009
Hari ini Nayla sudah dapat melihat, tadi siang ia menemui ku diperkebunan teh ditepi puncak, kata-katanya begitu menyakitkan ia dulu pernah berjanji jika dapat melihat ia akan membalas cintaku namun setelah ia mengetahui bahwa aku tidak dapat melihat ia pergi begitu saja meninggalkan ku dalam keterpurukan, teryata cinta dan janji manisnya hanyalah kepalsuan aku kecewa banget.

Setelah membaca diary yang di tulis Aryo dalam satu minggu akhirya Nayla menyadari kebodohannya. Ia duduk terpaku merenung dan berkata dalam hatinya 'apa yang telah aku lakukan, Aryo yang begitu tulus mencintaiku dengan bodohnya aku mengecewakannya. Aku yang selalu memberikan plus 100 karena ia selalu mengucapkan good nite untukku,
minus 10 karena jaketnya murah dan plus 100 karena jaket yang sering ku hina itu pernah melindungi ku dari derasnya hujan walaupun ia sendiri merasa kedinginan,
minus 10 karena aku yang sering memarahinya karena sering datang telat saat malam minggu namun plus 100 karna ia rela datang untuk menemani kesendiriannku walaupun dengan menggunakan sepeda hingga kakinya sering pegal dan terluka.
Teryata selama ini aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi minus 10 karna hadiah yang ia berikan hanya sebuah buku diary yang telah ditulisnya dan murahan ini namun plus 100 karena ia membeli buku ini dengan jerih payahnya dan buku ini yang telah membuka mata hati ku'

Setelah ia merenung ia menyesali perbuatannya dan ia lekas menemui Aryo di rumahnya namun saat ia sampai di depan rumahnya terlihat bendera kuning di depan rumahnya. Ia kaget dan bertanya siapa yang meninggal. Ternyata yang meninggal adalah Aryo karena sebuah kecelakaan. Nayla melihat tuduh yang tergulai kaku dengan diselimuti kain kafan putih dan hanya terlihat wajah Aryo yang berparas kesedihan, melihat itu air mata Nayla mulai berkaca-kaca. Di tengah keheningan itu tiba-tiba Sinta datang menghampiri Nayla dan memberikan secarik kertas dengan bertuliskan. 'Nayla semoga kamu bahagia dengan semua ini, aku tau kamu ingin mempunyai kekasih yang sempurna namun kau tak pernah menyadari kesempurnaan bukanlah segalanya. Dengan tulus aku menyayangi mu walau kau seperti dahulu yang tak sempurna, semoga kamu dapat menemukan kebahagiaan mu dengan melihat dunia yang indah ini semoga mata ku itu dapat menemanimu hingga akhir hayat mau'

Nayla baru menyadari kalau ternyata selama ini Aryo tidak buta. Ia sempurna namun ia rela mengorbankan matanya hanya demi kesempurnaan orang yang di sayanginya. Nayla tidak dapat berkata apa-apa lagi selain hanya penyesalan dan tangisan yang ia dapat cinta sejatinya tak akan pernah kembali sampai kapanpun.

Note:Terimalah apa adanya seseorang yang kita sayangi Cinta sejati hanya datang sekaliCintailah cinta ketika cinta itu ada disisimuIkuti kata hati jika tidak ingin menyesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar