CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 26 Oktober 2010

Generasi Bernilai yang Tidak Bernilai

Score will not guarantee a better life, value which guarantees

- J. Frother


Sejujurnya, saya sudah bosan mendengar kata-kata nilai, IP/IPK, rank, atau grade - yang sering terlontar dalam berbagai kalimat. Seperti, "Seorang wisudawan dengan IPK 4.0..." dan semacamnya.

Bukan tentang curhat, tetapi tentang pendapat. Mari saling mengoreksi.

Bagi saya, nilai adalah sesuatu yang useless. Kita boleh bangga dengan nilai UN yang nyaris sempurna, atau IP/IPK yang mendekati 4. Bagi kebanyakan dari kita, itu adalah modal untuk kehidupan selanjutnya. Baik untuk profesi atau untuk menggaet pasangan, semacam pelet halus.

Memang, tidak seperti saya, rata-rata teman saya memiliki score yang bagus. Mereka "belajar" [pakai tanda kutip] dan mendapat nilai yang bagus. Saya tidak.

Target yang saya pasang ketika berusaha mendapatkan score dalam ulangan semacam UTS, UAS, dan sebagainya hanya 80% dan harus saya selesaikan sesegera mungkin. Maksimal 30 menit. Yang penting selesai, dan saya bisa keluar dengan senang. Khawatir? Tidak.

Gila? Tentu saja. Tetapi saya memang tidak peduli dengan hal yang seperti itu.

Bagi saya, dunia tidak membutuhkan nilai, tetapi nilai. Banyak orang-orang yang memiliki nilai bagus tetapi tidak ada harganya. Ketika dihadapkan pada permasalahan, mereka tidak bisa apa-apa. Mereka lebih suka berteori ketimbang mengasah skill.

Mengutip perkataan Abdullah Gymnastiar, banyak manusia yang menghilangkan value-nya sebagai manusia hanya untuk sesuatu semacam materi, score. Mencontek, "belajar" semalam suntuk, atau hal-hal lainnya.

Seorang wanita hanya melihat pria yang kelihatannya sudah mapan, plus summa cum laude. Pria lebih suka wanita yang menarik mata, bukan hati. Sebuah tanda ketika era harga diri [value] runtuh.

Lantas, value itu apa? Value adalah tentang harga diri, attitude, dan skill.

Seberapa banyak mahasiswa teknik yang benar-benar memahami teknologi yang dipelajarinya? Seberapa banyak mahasiswa ilmu komputer atau informatika yang bisa berinovasi dengan code yang sudah mereka pelajari?

Seberapa banyak orang yang lebih kagum dengan pesepeda, ketimbang pengemudi Ferrari? Seberapa banyak orang yang menghargai tulusnya cinta kasih, ketimbang harta, wajah, atau profesi?

Jawabannya, tidak banyak. Hanya satu per seribu.

Bukan bermaksud sombong, tetapi untuk beberapa hal saya memiliki value, semacam ilmu pemrograman dan design web, atau ilmu organisasi yang memang tidak dimiliki oleh orang lain yang justru bersusah payah memahaminya hanya untuk ujian. Protes? Silakan.

Orang yang memiliki value adalah orang yang memiliki harga diri dan kelakuan yang pantas. Seperti menghargai orang lain dengan tidak merokok di tempat umum, memahami kekasihnya, dan tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Mau protes lagi? Silakan.

Value juga bukan tentang murah dan mahal, namun tentang sesuatu yang baik. Saya setuju dengan Viviene Westwood yang keukeuh dengan kalimat saktinya...

We don't sell cheap things, we sell things cheap

Mungkin itu sedikit pendapat saya tentang score dan value. Semoga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.

Wallahu'alam